Kopi Luwak, Kopi Asli Indonesia yang Mendunia

Kita mungkin pernah mendengar kopi luwak atau luwak coffee terutama karena harga yang mahal serta proses pengolahan yang tak biasa. Kopi ini sendiri adalah minuman yang asalnya dari biji kopi yang telah dipanen dari feses luwak liar dan dibersihkan. Rasanya konon lebih halus dibanding kopi umumnya, yang diperoleh dari proses fermentasi dalam perut luwak. Karena tergolong minuman mewah, kopi ini akan diekspor dengan harga sangat tinggi. Harga yang tinggi ini terutama karena nilai eksotisnya serta ketersediaan yang sangat langka. Luwak coffee asli Indonesia ini sangat digemari terutama oleh para pecinta kopi karena rasa yang lembut serta ramah di lambung.

Walau demikian, tidak semua orang bisa menghargai minuman ini karena merasa jijik lantaran berasal dari feses hewan. Bahkan, luwak coffee mendapat julukan buruk di beberapa negara. Istilah yang paling sering digunakan media Amerika Serikat untuk menyebutnya adalah cat poop coffee atau kopi kotoran kucing. Banyak pula isu miring yang menyerang produk minuman ini. Namun, industri kopi dari feses luwak ini tak terusik serta tetap saja laku keras di pasaran dengan harga selangit. Lalu, bagaimana sebenarnya proses yang dibutuhkan untuk menghasilkan secangkir kopi termahal di dunia ini? Selain itu, kontroversi apa saja yang menyertainya? Berikut adalah penjelasan lengkapnya.

www.pexels.com

Mengapa Kopi Luwak Sangat Mahal?

Setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan tinggnya harga kopi ini. Pertama, proses produksinya panjang. Kedua, jumlah panen tak sebesar biji kopi biasa. Ketiga, rasa kopinya tak terlalu pekat. Awalnya, minuman ini sendiri ditemukan ketika pemerintah kolonial Belanda menerapkan program tanam paksa kopi. Masyarakat lalu penasaran akan rasa kopi yang bijinya ditemukan masih utuh dalam kotoran seekor binatang mirip musang. Mereka mengolah biji yang berasal dari kotoran tersebut, memanggangnya kemudian menyeduhnya seperti kopi pada umumnya. Kenikmatan kopi ini kemudian didengar pemerintah Belanda. Mereka mengumpulkan lalu menjual kopi ini dengan harga sangat mahal.

Proses pengolahan dimulai saat tanaman kopi telah masuk masa panen. Buah yang siap dipanen akan tampak berubah warna menjadi kemerah-merahan. Luwak terutama terbiasa dalam memilih dan memakan hanya biji kopi yang kualitasnya terbaik. Ia hanya akan memakan buah yang biijinya bagus. Buah yang sudah dimakan akan dicerna. Namun, pencernaan luwak tak dapat menghancurkan lapisan kopinya. Ia hanya dapat mencerna daging buah serta kulit arinya saja. Bisa dibilang pencernaan hewan ini serupa kucing, sehingga biji akan mengalami proses seperti fermentasi. Kotoran luwak akan dikumpulkan serta dibersihkan. Bahkan, proses pencuciannya bisa dilakukan hingga 5 sampai 7 kali di air mengalir agar kebersihannya terjaga.

Setelah biji kopi selesai dibersihkan, proses selanjutnya adalah pemanggangan atau roasting. Proses ini hanya sampai ke tingkat medium roast atau pemanggangan sedang. Alasannya ialah agar karakter rasa kopi yang unik bisa terjaga. Selanjutnya, biji akan dikemas dalam bentuk whole beans atau utuh untuk selanjutnya dijual. Ada juga kopi yang dijual dalam bentuk fine ground (bubuk halus) maupun coarse ground (bubuk kasar). Ada juga daerah penangkaran luwak yang secara khusus membuka café khusus luwak coffee. Pengunjung akan bisa menikmati kopi termahal ini segera setelah selesai melalui proses pemanggangan. Harga kopi ini memang luar biasa, yaitu Rp1jt per kg atau Rp70.000 per cangkir di kafe-kafe.

www.pexels.com

Kopi Luwak vs Kopi Biasa

Kopi ini memang akan melalui alur proses yang terbilang panjang sebelum siap dikonsumsi di tangan konsumen. Mengingat proses yang berbeda, sudah pasti rasa maupun kandungan dalam secangkir luwak coffee takkan sama dengan kopi yang biasa kita minum sehari-hari.

  1. Rasa

Dari segi tampilan memang tidak ada yang berbeda dengan kopi ini. Warna yang dihasilkan juga sama seperti kopi biasa, yaitu hitam kecokelatan. Akan tetapi, dari segi aroma serta rasa sudah pasti berbeda. Rasa kopi luwak terbilang sangat halus, tidak ada rasa getir serta ada sedikit rasa asam dari buah yang terasa menyegarkan. Aftertaste atau rasa akhirnya sangat clean, tanpa ada rasa getir.

Kopi ini juga memiliki rasa fruity yang terbilang unik. Padahal, biji kopi yang berasal dari daerah berbeda biasanya akan memiliki karakter rasa yang berbeda-beda juga. Proses fermentasi yang terjadi secara alami di dalam perut luwak diyakini sebagai alasan mengapa ada rasa fruity dalam kopi ini. Aromanya juga terbilang harum dan kuat, tanpa ada sedikitpun jejak bau feses hewan maupun bau tak sedap lainnya.

  1. Kandungan Zat

Penelitian dari Universitas Hasanuddin mengungkap bahwa tak ada perbedaan jenis zat yang ada dalam luwak coffee dengan kopi biasa. Akan tetapi, kadar zatnya memang sedikit berbeda.

  1. Kadar kafein dalam kopi robusta luwak adalah 1.77%, luwak arabika 1.74%, sementara kopi robusta biasa 1.91% dan arabika biasa 1.85%
  2. Protein dalam kopi robusta luwak 16.23% dan luwak arabika adalah 14.84%. Sementara kopi robusta biasa kandungan proteinnya adalah 18.34% dan kopi arabika biasa 16.72%
  3. Kadar lemak yang ada pada kopi robusta luwak ialah 18.45% dan luwak arabika 19.76%. Sementara kopi robusta biasa kandungan lemaknya 16.41% dan kopi arabika biasa 17.37%

Singkatnya, kafen serta protein dalam biji luwak coffee lebih rendah dibanding kopi biasa. Akan tetapi kadar lemak dalam kopi paling mahal ini justru sedikit lebih tinggi dibanding biji kopi lain secara umum. Keduanya berlaku pada biji kopi robusta serta arabika, di mana kafein dalam biji arabika akan lebih rendah dibanding biji kopi robusta.

www.pexels.com

Mengenal Binatang Luwak Penghasil Kopi Termahal

Luwak memiliki nama latin Paradoxurus hermaphroditus termasuk dalam hewan mamalia kecil yang termasuk dalam keluarga musang atau viverridae. Ukurannya tergolong kecil karena panjangnya hanya 50 hingga 90 cm mulai dari kepala sampai ekor. Bulunya sebagian besar berwarna abu gelap, bagian wajah berwarna putih dan ujung ekor, bawah mata, kaki serta telinga berwarna hitam. Panggilan luwak sendiri diambil dari penyebutan masyarakat Jawa. Secara internasional, sebutan untuk binatang ini adalah Asian palm civet. Luwak tersebar di bagian selatan dari Benua Asia termasuk Indonesia, Malaysia, Myanmar, Bangladesh, India, Bhutan, Kamboja, Laos, Filipina serta Vietnam.

Habitat asli luwak adalah di dalam hutan. Mereka juga biasanya tinggal di batang pohon tinggi. Akan tetapi, tidak jarang luwak akan turun ke dataran yang lebih rendah serta area perkebunan agar dapat mencari makanan. Hewan ini terutama aktif pada malam hari untuk mencari makanan atau nokturnal. Luwak juga termasuk dalam hewan penyendiri. Mereka akan menandai daerah mereka di alam liar. Jika ada manusia ataupun hewan lain yang mendekat, luwak akan langsung bersembunyi atau berlari. Inilah mengapa sangat sulit menemukan luwak di alam liar. Luwak juga termasuk binatang omnivora alias pemakan segala. Makanan utamanya ialah buah-buahan seperti pepaya, mangga, rambutan serta pisang. Ia juga biasa memakan binatang kecil seperti tikus, kumbang serta anak burung.

Sangat sulit menemukan serta mengatur binatang liar ini untuk makan kopi. Pasalnya, bagi luwak, kopi hanyalah cemilan. Banyak produsen luwak coffee yang akhirnya menangkarkan luwak agar proses produksi kopi bisa semakin mudah. Namun, hal ini biasanya akan menimbulkan perbedaan rasa pada kopi yang berasal dari luwak liar dan luwak hasil penangkaran. Biji kopi dari luwak liar biasanya akan memiliki warna cokelat muda kekuningan, sementara hasil penangkaran akan memiliki warna cokelat muda pucat. Perbedaan ini memang takkan tampak apabila biji sudah melalui proses pemanggangan karena warna akan sama-sama berubah menjadi kecokelatan. Akan tetapi, saat masih berbentuk biji hijau, kita akan dapat melihat perbedaan warnanya.

Selain itu, dari segi rasa, kopi dari luwak liar akan terasa lebih halus. Sementara kopi hasil dari luwak penangkaran justru bisa membuat orang mual. Perbedaan ini terutama disebabkan pola makan yang tak sama. Di alam liar, luwak akan memakan buah kopi sebagai cemilan saja, bukannya makanan utama. Sementara di penangkaran, buah kopi akan diberikan sebagai makanan utama. Selain itu, kualitas buah kopi yang dimakan akan turut mempengaruhi hasil akhir kopinya Di alam liar, luwak hanya akan memakan kopi yang sudah matang serta langsung diambil di pohonnya. Sementara di tempat penangkaran, buah kopinya sudah disediakan oleh manusia.

www.pexels.com

Daerah Penghasil Kopi Luwak di Indonesia

Indonesia, Vietnam, Malaysia serta Filipina ialah negara-negara yang menghasilkan kopi paling mahal di dunia, termasuk kopi durian. Akan tetapi dalam industri luwak coffee. Indonesia menjadi negara terbesar, baik ekspor maupun produksi. Industri kopi yang berasal dari luwak ini terutama sangat berkembang di wilayah Jawa, Sumatera, Bali serta Sulawesi. Daerah penangkaran akan berada di area perkebunan kopi, sehingga lebih mudah dalam menyediakan buah kopinya. Berikut adalah beberapa daerah penghasil luwak cofee di Indonesia:

  • Sidikalang, Sumatera Utara
  • Gayo, Aceh
  • Pagar Alam, Sumatera Selatan
  • Lampung
  • Toraja, Sulawesi Selatan
  • Garut, Jawa Barat
  • Kintamani, Bali

Tak hanya sebagai industri yang menghasilkan biji kopi, banyak tempat penangkaran luwak yang dibuka untuk umum bagi wisatawan. Lokasinya biasanya ada di daerah yang sudah terkenal sebagai tujuan wisata baik lokal maupun mancanegara. Beberapa di antaranya adalah di Bandung dan Bali.

Kopi Luwak dan Isu Penganiayaan Hewan

Perkembangan pesat dari industri kopi ini menghadapi penolakan aktivis lingkungan. Penangkaran luwak dianggap sebagai bentuk dari penganiayaan pada hewan atau yang populer dengan sebutan animal abuse. Di Indonesia, penangkaran serta industri kopi paling mahal ini diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 37 Tahun 2005. Peternakan serta penangkaran luwak justru sangat didukung karena hewan ini dianggap hama di alam liar, terutama di perkebunan bukan kopi. Walau demikian, penolakan dari kalangan pecinta hewan bukanlah tanpa alasan. Beragam kampanye telah dilaksanakan agar penangkaran luwak untuk kebutuhan pembuatan kopi ini dihentikan. Alasannya antara lain adalah sebagai berikut.

  1. Kondisi Kandang Buruk

Banyak tempat penangkaran yang menempatkan luwak dalam kandang kecil serta tidak dilengkapi tempat untuk memanjat. Padahal, luwak memiliki naluri serta kebiasaan untuk memanjat pohon tinggi. Berada di lingkungan yang sempit akan membuat mereka stres. Beberapa produsen bahkan tak mau repot dalam menjaga kebersihan kandang. Kandang yang kotor akan membuat luwak bisa dengan mudah terserang penyakit. Apalagi model sangkar yang saling berdekatan akan membuat penyakit apapun bisa menular secara lebih cepat.

  1. Tidak Ada Variasi Makanan

Luwak butuh protein serta vitamin guna memenuhi kebutuhan nutrisinya. Sumbernya bisa berasal dari buah-buahan, daging serta serangga. Produsen yang baik biasanya akan memberi menu makanan yang bervariasi mulai dari pagi hingga malam hari. Pemberian kopi hanya dilakukan sekali sehari dan jumlahnya sedikit. Akan tetapi demi mengejar keuntungan, seringkali produsen akan memberi buah kopi tanpa adanya variasi makanan lainnya. Luwak milik produsen seperti ini memang awalnya hanya akan memilih buah kopi terbaik dan menghasilkan kopi kualitas unggul. Namun saat buah yang bagus telah habis dan mereka kembali merasa lapar, maka kopi kualitas buruk pun akan dimakan. Kebutuhan nutrisi yang kurang diperhatikan ini akan membuat luwak kekurangan gizi.

  1. Sering Mengalami Stres

Luwak di dalam penangkaran dengan kondisi buruk akan merasa stres. Mereka biasanya akan menggigiti sangkar, menjerit-jerit, mondar-mandir dan bahkan melukai dirinya sendiri. Apabila terus dibiarkan maka luwak akan sakit dan mati. Indikasi luwak yang sakit ada pada fesesnya. Feses merah atau tercampur darah artinya luwak sedang sakit. Penangkaran yang buruk umunya tak mau repot merawat ataupun mengobati luwak yang sakit. Mereka lebih memilih melepaskannya atau bahkan membiarkannya mati, sebelum mencari luwak pengganti.

www.pexels.com

Apakah Kopi Luwak Halal?

Salah satu pertanyaan yang sering dilontarkan konsumen sebelum mencoba kopi ini adalah terkait kehalalannya. Apalagi konsumen Muslim yang tentu harus memilih-milih makanan yang dikonsumsi. Tidak seperti kopi durian yang sudah pasti halal, kopi dari luwak seringkali disebut haram karena asal-usulnya. Minuman ini sendiri diproses dari feses binatang, sementara feses itu memiliki unsur kotor atau najis. Majelis Ulama Indonesia melalui fatwa nomor 7 tahun 2010 menyatakan minuman yang berasal dari pencernaan hewan dapat dikategorikan halal. Penetapan fatwa ini dilakukan setelah melalui pertimbangan dari beragam sumber termasuk Al Quran, fikih, hadist dan juga penelitian ilmiah.

Alasan pertama mengapa kopi ini dikategorikan halal adalah karena begitu keluar dari sistem pencernaan luwak, bijinya masih terbungkus dalam kulit tanduk serta bisa tumbuh lagi jika ditanam. Pencernaan luwak sangatlah singkat sehingga biji dari buah-buahan takkan hancur dalam perutnya. Alasan kedua adalah karena kopi ini termasuk kategori muttanajjis atau barang terkena najis, namun tidak termasuk najis itu sendiri. Sehingga, apabila sudah disucikan dan bebas dari kotoran, maka benda tersebut akan kembali ke hakikatnya yang halal. Jadi, konsumen yang beragama Islam tidak perlu khawatir lagi akan status halal dari kopi ini.

Sebagai kopi termahal di dunia, banyak orang yang menyukai luwak coffee karena rasa yang lebih lembut mengingat kadar kafeinnya rendah dibanding kopi biasa. Akan tetapi, predikat paling mahal tentu tidak berbanding lurus dengan predikat paling enak. Banyak produk kopi lain yang tak kalah nikmat dibanding kopi dari hasil pencernaan luwak ini. Bahkan, ada juga orang yang lebih menyukai kopi biasa karena rasa yang menurut mereka lebih pekat dan kuat. Jadi, masalah enak atau tidak enak sebenarnya kembali ke selera masing-masing. Tertarik mencoba kopi seharga Rp1 juta per kilonya ini?

Scroll to top