Perlukah Tugas Sekolah Diberikan Kepada Pelajar
Tugas sekolah merupakan sebuah pekerjaan tambahan yang diberikan oleh guru kepada siswa-siswinya. Kalau ngomongin masalah PR, apa yang langsung terbayang dalam pikiran anda? Biasa aja, muka murung, nafsu makan langsung menurun atau muntah? Tunggu dulu ini reaksi masalah hamil atau reaksi kepikiran PR yang menumpuk?
Menurut sejarahnya tugas sekolah atau PR selalu menjadi bagian penting dalam kegiatan pembelajaran. Melalui latihan soal yang diberikan, harapannya akan berdampak melatih skill dan semakin banyak membaca dan latihan soal maka siswa akan lebih menguasai suatu pembelajaran.
Semakin sering berlatih dan membaca maka siswa akan semakin meningkat tingkat pemahaman mengenai ilmu yang dipelajari. Dengan rajin mengerjakan tugas maka siswa akan berusaha mengatur waktu untuk belajar, dan waktu istirahat. Akhirnya secara tidak langsung membentuk nilai disiplin dan tanggung jawab. Kalau di ibaratkan semakin banyak bertemu maka semakin erat juga.
Seiring berkembangnya ilmu maka belakangan ini mulai banyak yang mempertanyakan efektivitas tugas sekolah bagi anak didiknya. Rajin mengerjakan tugas sekolah memang berdampak mendapatkan nilai yang baik bagi siswa di sekolah. Namun dari sekian penelitian yang sudah dilakukan menyebutkan bahwa tugas sekolah dapat memberikan efek negatif terhadap siswa itu sendiri. Nah, kalau sudah begini mana yang bener? Bingung? Simak penjelasan ini sampai selesai.
Kali ini kami akan membahas mengenai efektivitas tugas sekolah yang diberikan guru kepada siswa-siswi di Indonesia. Pembahasan ini mengenai pandangan anak didik di Indonesia menanggapi adanya tugas sekolah dan kebiasaan yang mereka yang hampir setiap hari mengerjakan tugas dari sekolah.
Apakah Tugas Sekolah Berdampak Membebani Seorang Pelajar?
Berdasarkan penelitian yang sudah sering dilakukan oleh para ahli telah diperoleh data sebesar 48% mengakui kalau pekerjaan rumah yang diterima siswa dari sekolah ternyata membebani mereka beraktivitas di rumah. Sebenarnya masalah ini sudah sering sekali dikeluhkan oleh banyak siswa yang selalu dikejar-kejar tumpukan tugas.
Biasanya para siswa ini menyalurkan pengaduannya melalui membuat status di media sosial seperti FB, WA, Twitter dan masih banyak lainnya. Namun ketika di kehidupan nyata mereka berpura-pura bersikap tegar. Kemudian sambil menggegamkan tangan dan berkata “aku anak kuat”.
Lama-lama menumpuknya beban yang diberikan kepada siswa, akan berdampak siswa menjadi stress. Tidak heran apabila banyak siswa yang lebih senang ngerjain temannya dari pada mengerjakan PR.
Seharusnya PR yang harapannya berdampak baik bagi siswa justru menjadi sumber stress dalam 2 hal yaitu dari segi kualitas soal yang diberikan dan kuantitas atau proses lama pengerjaannya.
Membahas Tipe Soal Yang Diberikan Pada Pekerjaan Rumah Dari Sekolah
Seperti yang sudah dibahas di atas, tugas sekolah merupakan ajang untuk melatih siswa agar mengerti dan terbiasa dengan latihan soal yang diberikan. Namun pertanyaannya, latihan yang benar itu bagaimana? Seorang guru harus memberikan intruksi yang jelas dan menjelaskan serta meyakinkan kepada siswa kalau mereka mampu mengerjakannya sendiri.
Pekerjaan rumah seharusnya disesuaikan dengan pembahasan di kelas. Akhirnya siswa mampu mengerjakan tugasnya di rumah dengan baik dan benar. Sehingga pekerjaan yang dibebankan kepada siswa ini benar-benar berfungsi untuk mengevaluasi pemahaman dari sebuah materi yang disampaikan di kelas.
Kenyataannya sungguh berbeda dan jauh dari kata ideal. Sering atau tidak kalian merasakan bahwa materi atau kemampuan kalian untuk menyelesaikan tugas lebih terasa sulit dari materi yang sudah dibahas sebelumnya. Ternyata masalah tersebut dapat berdampak negative terhadap kemampuan siswa, karena mereka merasa tidak mampu mengerjakan tugas tersebut. Akhirnya para siswa akan menganggap bahwa mata pelajaran tersebut sangat sulit, terbebani dan merasa tidak menarik lagi untuk dipelajari.
Berbagai kesulitan tersebut akhirnya ada siswa yang memutuskan untuk melakukan diskusi kepada teman sebaya, orang tua dan minta bantuan guru les untuk menyelesaikan tugasnya. Itu semua masih dalam lingkup positif, tetapi banyak juga mereka yang menggunakan jalan pintas dengan mencontek pekerjaan temannya yang sudah selesai dan dalam pikirannya sudah tidak ada semangat mengerjakan karena merasa dirinya tidak mampu mengerjakannya. Nah, kalau siswa sudah memilih jalan pintas atau mencontek tentunya tujuan dari tugas tersebut sudah tidak tercapai dengan maksimal.
Mengenai Lama Dalam Proses Pengerjaan Tugas Atau Soal Kuatitas
Apabila ada seorang siswa yang terlalu lama mengerjakan tugas lebih dari 2 jam maka mereka lebih banyak mengalami stress. Selain itu juga masalah kesehatan terganggu dan gaya hidup tidak seimbang. Lebih parahnya lagi bakalan terasingkan dari masyarakat. Berikut ini ada beberapa pembahasan yang sudah dilakukan oleh para ahli tentang lamanya waktu mengerjakan tugas sekolah.
- Kelas 1-3 SD : diberi tugas 1-3 tugas dalam seminggu dan tugas tersebut harus bisa dikerjakan oleh siswa dalam waktu kurang lebih 15 menit
- Kelas 4-6 SD : diberi tugas 2-4 dalam seminggu dan mereka harus bisa menyelesaikan tugas dalam waktu kurang lebih 15-45 menit
- Kelas 7-9 SMP : mereka diberi tugas 3-5 dalam seminggu dan setiap tugasnya mereka harus menyelesaikan dalam waktu 45-75 menit
- Kelas 10-12 SMA diberi tugas 4-5 dalam seminggu dan setiap tugasnya mereka mampu menyelesaikan dalam waktu 75-120 menit
Walaupun banyak yang menganggap tugas sekolah itu membebani tetapi mereka juga menganggap kalau tugas tersebut masih penting. Masalah tersebut tidak dapat diketahui kalau mereka masih menganggao tuas tersebut sangat penting. Apa para siswa itu paham betul mengenai arti pentingnya tugas di sekolah atau ada kaitannya dengan faktor lain, seperti berpengaruh dengan nilai di kelas atau mereka takut apabila tidak mengerjakan akan mendapatkan teguran dari guru dan orang tua?
Lalu Bagaimana Seorang Pelajar Dalam Menyelesaikan Tugasya Di Sekolah?
Penasaran bagaimana seorang pelajar dalam menyelesaikan tugasnya, maka mari kita lihat bagaimana proses seorang pelajar dalam menyelesaikan tugasnya.
- Mengerjakan sendiri
- Belajar kelompok
- Mencontek
- Meminta bantuan guru les
- Meminta bantuan kakak kelas
- Tidak mengerjakan sama sekali
Melihat sesuai urutannya “Mengerjakan Sendiri” dan “melakukan kerja kelompok” berada di peringkat pertama dan kedua. Sehingga perlu di ancungi jempol karena mereka masih serius mengerjakan tugas dengan baik. Namun pada posisi ke 3 diisi oleh “mencontek”. Jadi perlu di garis bawahi kalau seorang pelajar sudah memilih untuk mengambil jalan pintas maka mereka dapat dikatakan tugas tersebut penting dan harus diselesaikan. Namun belum tentu mereka menghargai esesnsi dari tugas tersebut.
Semakin menarik pembahasan kali ini, tentang bagaimana perbandingan kegiatan menyontek tugas seorang siswa vs siswi. Cowok melakukan contekan 44% dan siswa perempuan 24 %. Kenyataannya siswa cowok lebih banyak 2x lipat untuk melakukan contekan dalam menyelesaikan tugas sekolah.
Dari data tersebut apakah siswa perempuan menunjukkan lebih rajin dibandingkan dengan laki-laki. Memang benar siswa perempuan lebih disiplin dan rajin dalam mengerjakan tugas sekolah. Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini banyak siswa cowok yang menganggap kegiatan mencontek merupakan identitas kejantanan. Semakin sering siswa cowok melakukan kegiatan mencontek dan sering dimarahin guru maka siswa tersebut menunjukkan pemberani dan kuat. Sungguh pergaulan ini sangat sesat dan berdampak buruk bagi masa depannya.
Seberapa Rajin Seorang Pelajar Dalam Menyelesaikan Tugasnya?
Hasilnya siswa cowok 9% lebih sering tidak mengerjakan dan 4% siswa perempuan tidak mengerjakan tugas. Ternyata siswa laki-laki 2x lipat lebih sering tidak mengerjakan tugas dibandingkan dengan siswa perempuan. Data ini menunjukkan bahwa siswa perempuan memang lebih rajin dan disiplin dalam mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelajar.
Selama penelitian yang sudah dilakukan berabad-abad telah menunjukkan bahwa masyarakat umum melihat laki-laki lebih unggul dibandingkan dengan siswa perempan. Namun seiring perkembangan zaman, siswa perempuan lebih unggul daripada laki-laki. Salah satu dasarnya adalah siswa perempuan lebih rajin dalam mengerjakan tugas sekolah dibandingkan dengan laki-laki.
Pembahasan ini memang masih jauh dari kata sempurna, seiring perkembangan teknologi seperti cara membuat daftar isi otomatis. Kita juga dapat mengetahui pembahasan lebih lengkap tentang pembahasan tugas sekolah yang semakin komplek permasalahannya. Khususnya bagi pelajar yang ada di Indonesia. Mengetahui tentang cara pandang dan proses menyelesaikan tugas dari sekolah.
Setidaknya masalah ini dapat menjadikan indikasi apakah tugas yang diberikan oleh guru tersebut sudah efektif atau belum dalam membantu proses pemahaman dan latihan soal. Tugas yang diberikan oleh guru kadang masih terlalu berlebihan dan melenceng dari tujuan awalnya. Tapi yang terpenting adalah kita tidak serta-merta melupakan tugas sekolah dari aktivitas belajar siswa.
Tugas sekolah akan berjalan sesuai fungsinya apabila intruksi soal dan lama pengerjaannya di kaji ulang. Dengan begitu tidak ada lagi para siswa yang memandang bahwa tugas itu menjadi sebuah kewajiban dan nantinya akan membebani aktivitas anak. Sehingga pelajar akan memandang tugas tersebut diberikan untuk latuhan dan mengeksplor lebih dalam mengenai suatu pembelajaran.
Kita juga perlu tahu kalau masa remaja itu tidak baik apabila waktunya selalu terbebani dengan masalah akademis. Mengingat masa remaja membutuhkan waktu untuk melakukan interaksi dengan masyarakat, keluarga dan bermain dengan teman sebayanya. Terlebih lagi melakukan kegiatan yang mampu mengekspresikan dirinya.
Manusia itu sebenarnya terdiri dari tiga aspek, yaitu kognitif afektif dan motirik. Sehingga tugas dari sekolah hanya akan mengembangkan sisi kognitifnya saja. Apabila itu terlalu banyak maka seorang pelajar tersebut tidak ada waktu lagi untuk mengembangkan aspek afektif dan motoriknya. Sehingga terjadi ketidak seimbangan terhadap ketiga aspek tersebut. Apabila perkembanga seorang pelajar akan berdampak baik kedepannya maka ketiga aspek tersebut harus dilatih secara seimbang. Harapannya pun siswa tidak jenuh untuk melakukan kegiatan yang itu-itu saja.
Sebenarnya dalam memberikan tugas itu tidak ada batasanya, namun sebagai guru juga harus sadar betul mengenai kemampuan siswa dalam mengerjakannya. Apabila terlalu banyak justru hasilnya juga tidak dapat maksimal. Perkembangan masa remaja pun juga tidak optimal.
Sudah kita ketahui semakin banyak beban tugas maka semakin kita stress. Tidak memiliki waktu banyak dengan keluarga dan kumpul dengan teman-temannya karena merasa masih banyak tanggung jawab yang harus segera diselesaikan.
Pintar Mengatur Jadwal Kegiatan
Apabila anda sudah terlanjut sekolah dimana guru-gurunya hoby memberikan tugas atau bahkan selalu cari tahu dulu apakah guru lain sudah memberikan tugas atau belum maka sebagai pelajar kita harus memiliki siasat. Apabila anda sudah masuk bangku SMA maka anda harus pandai mengatur waktu dan memahami kemampuan diri sendiri.
Sebagai pelajar tentunya tidak bisa melakukan perubahan tentang apa yang menjadi kebijakan di sekolah tersebut. Jadi apabila mendapatkan tugas maka seorang pelajara harus belajar acara mengatur manajemen waktu. Kalau sudah memiliki itu maka tugas dapat dicicil. Misalnya sedang berada di perpustakaan sambil membaca tugas yang diberikan sambil mencari jawabannya tanpa mengganggu aktivitas lainnya.
Seorang pelajar juga rentang dengan yang namanya konsentrasi. Setiap pelajar memiliki kemampuan konsentrasi yang berbeda-beda, ada yang mampu berkonsentrasi lama dan ada yang sebentar-bentar saja.
Untuk mengerjakan tugas sekolah dengan maksimal pastikan kalian sudah menyesuaikan dengan kemampuan konsentrasi anda. Apabila seorang pelajar tidak mampu berkonsentrasi lama-lama maka tugasnya dapat dikerjakan dengan cara dicicil. Jadi anda tidak akan kawatir tidak mampu mengerjakan tugas tersebut.
Sebenarnya pemberian tugas itu sangat baik bagi kita. Agar kita latihan mengatur waktu dan mampu menyelesaikan tugas tanpa ada rasa terbebani. Tetapi kalau tugas jumlahnya sudah tidak wajar maka kita harus menggunakan siasat. Hal ini bertujuan agar psikologi kita dapat berkembang dengan baik.
Sekolah yang bermutu dan efektif
Kita tidak serta-merta menyalahkan pelajar yang malas mengerjakan tugas dari sekolah. Pihak sekolah seharusnya juga harus memberikan layanan belajar yang layak bagi peserta didiknya. Sekolah yang bermutu dapat ditandai dengan siswanya yang memperoleh nilai tinggi dan membuka peluang untuk melanjutkan jenjang pendidikan selanjutya.
Mutu kegiatan belajar mengajar serta pemberian tugas rumah berjalan secara seimbang sehingga menciptakan mutu pengalaman belajar yang baik. Selain itu kierja seorang guru dalam menguasai materi ajar, teknik dan metode dalam mengajar sehingga mampu mengembangkan interaksi dan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Memanfaatkan fasilitas dan sumber belajar sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Selain itu untuk evaluasi belajar guru memberikan tugas sesuai dengan materi yang dijelaskan. Dengan begitu siswa mampu mengerjakan tugas tanpa mengalami kesulitan.
Guru juga harus memberikan layanan kepada muridnya yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugasnya. Jadi apabila siswa mengalami kesulitan belajar, guru dapat memberikan solusi atau pengarahan agar menemui solusinya.
Untuk mendukung proses pembelajaran pihak sekolah juga perlu menyediakan berbagai fasilitas yang mendukung jalannya pembelajaran. Seperti fasilitas laboratorium, olahraga dan kesenian. Sehingga aspek kognitif, afektif dan motoriknya dapat terlatih dan seimbang. Sehingga dampak seperti stress dan malas tidak lagi terjadi pada pelajar.
Demikianlah beberapa ulasan mengenai masalah tugas sekolah yang belum terselesaikan. Semoga pembahasan ini dapat memberikan gagasan yang tepat agar siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas dapat belajar mengatur manajemen waktu. Hal ini diharapkan kedepannya pelajar lebih memiliki rasa tanggung jawab dan memiliki rasa untuk lebih baik kedepannya. Sehingga proses pembelajaran dan tujuan pembelajaran dapat terlaksana dan mendapatkan hasil yang maksimal.
Sehingga sumber daya manusia di Indonesia kedepannya akan menjadi lebih berkualitas. Mengingat kualitas suatu negara dapat dilihat dari kualitas pendidikan nya di negara tersebut. Semoga kedepannya Indonesia menjadi negara yang memiliki SDM yang berkualitas dan memiliki moral yang baik sehingga keberadaanya mampu berdampak baik terhadap kemajuan bangsa Indonesia.